Rabu, 20 November 2013
Rabu, 13 November 2013
PENYAKIT HATI MENURUT AGAMA DAN DOKTER
TERMINOLOGI HATI DITINJAU DARI SUDUT
PANDANG AGAMA ISLAM DAN DOKTER
1.
DARI
SUDUT AGAMA ISLAM
Segala puji bagi Allah Yang Maha
Sempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya, Yang Maha Adil dalam segala
hukum-Nya, Yang Maha Bijaksana dalam segala keputusan-Nya.
Selawat dan salam buat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diutus untuk sebagai pembawa
rahmat kepada seluruh alam.
Berikutnya terima kasih banyak kami
ucapkan kepada panitia seminar, yang telah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk sebagai pembicara dalam kesempatan ini. Semoga Allah memberikan taufiq
dan ‘inayah kepada kami dalam menyampaikan makalah kami pada kesempatan ini.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini
kami kami diberi kepercayaan oleh panitia untuk berbicara tentang: “Terminologi
Hati Ditinjau Dari Sudut Pandang Islam”.
2. Konsep Hati Menurut Islam
Sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي
أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Namun perlu kita ketahui bahwa
kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan bila tidak disertai oleh
keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal sholeh.
Sebagaimana lanjutan dari firman
Allah di atas:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ
سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ
أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ [التين/5، 6]
“Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa
pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan.
Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ اللّه
تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang
kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan
amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya
amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan
generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan
bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan
bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung
kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula,
sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan
berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut
dalam sabdanya:
«أَلا وَإِنَّ فِي
الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam
tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan
apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar
biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk
diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini
menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu
menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam
Al Qur’an:
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ
لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [الذاريات/20، 21]
“Dan di bumi itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada
dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas
pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal sekelumit dari
keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.
3.
Makna Dan Pengertian Hati
Kata-kata hati dalam bahasa arab
dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash
Shadru.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua
sebab;
Pertama: karena ia menunjukkan pusat
(jantung) sesuatu, sebagaimana kota makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi)
karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia
adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh.
Kedua: karena sifatnya
berbolak-balik.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ
آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد
(6/4)، وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat
berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Dan dinamakan Al Fuadu, karena
bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al
Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa
yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
Dan dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam
firma-Nya:
{يَعْلَمُ
خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat
dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam
dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ
وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
- Pebedaan antara hati dan otak.
Otak dalam bahasa arab disebut
dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh.
Menurut sebagian ahli kesehatan
bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal tempatnya
di hati. Dianatara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi[1],
Al baghawi dalam kitab tafsirnya[2],
Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa[3]
dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya[4].
Mereka para ulama tersebut berpegang
kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ
يَسِيرُوا فِى الارْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah mereka tidak berjalan
di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ
لا يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak
mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid
beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara dua unsur yang terpenting
diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak.
Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah:
Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional
(Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam
kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam
hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah
tempat jantung.
Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul
pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian
titik tersebut semakin berkembang”.
- Perbedaan antara hati dan jantung.
Sering dalam bahasa sehari-hari kita
memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al
Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama
yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari.
Maka oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebut saktatul
Qalb.
Dialog Rasulullah dan Sahabat
Tentang Penyakit Hati
Kalau hati sudah nteracuni, banyak
penyakit yang bakal muncul di kemudian hari.
Racun-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam.
Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah.
Racun-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam.
Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah.
Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena akan mengakibatkan kerasnya hati. Dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW pernah bicara kepada sahabat Mu'adz:
"Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi landasan itu semua (ibadah-ibadah)?"
"Baik, ya Rasulullah", jawab Mu'adz.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Cegahlah ini" (sambil mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya).
Lalu mu'adz berkata:
"Ya Rasulullah, apakah kita akan dimintai tanggung jawab dari apa yang kita ucapkan?"
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Kamu wahai Mu'adz, tidaklah seseorang akan ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke dalam Neraka melainkan karena hasil dari lisannya."
(Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi).
"Ada dua lubang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam Neraka, yaitu mulut dan kemaluan."
(HR Ahmad, At-Tirmidzi dan di-shahih-kannya).
Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rasulullah: "Ya Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelematkan kita?"
Lalu dijawab oleh Nabi : "Tahanlah olehmu lisanmu."
Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang dapat memberi jaminan kepadaku dari apa yang ada di antara jenggot dan kumisnya (lisan) dan kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin untuknya Surga."
(HR. Al-Bukhari).
Maksud dalam hadits ini adalah, barangsiapa yang bisa memelihara apa yang ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari semua perkataan yang tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang ada di antara kedua pahanya yaitu farji agar tidak diletakkan di tempat yang tidak dihalalkan Allah, maka jaminannya adalah Surga.
Kemudian dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau agar ia diam."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda:
"Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila ia bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya." Berkata Sahl: "Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak berguna maka ia tidak layak dikatakan shiddiq".
Apalagi bila ucapan seseorang sampai menyakiti orang lain maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang dimilikinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman", kemudian ditanyakan siapakah gerangan yang engkau maksudkan wahai Rasulullah?
Jawabnya, "orang yang menjadikan tetangganya merasa tidak aman lantaran kejahatannya."
Hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya, dicitaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya.
Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah
Dengan demikian maka hendaklah seorang mukmin mencukupkan diri dari ucapan yang tidak berguna seperti berdusta, suka mengadu domba, ucapan yang keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti orang lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati sehingga apabila seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati akan teracuni dan bila hati sudah teracuni maka lambat laun, cepat atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati, semakin banyak racunnya akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau tidak tertolong akan mengakibatkan mati hatinya.
Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun adalah merupakan racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan juga penyebab matinya hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak: "Meninggalkan dosa dan maksiat dapat menjadikan hidupnya hati, dan sebaik-baik jiwa adalah yang mampu meniadakan perbuatan dosa dalam dirinya.
Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya menjadi hati yang selamat hendaklah membersihkan diri dari racun-racun hati, kemudian dengan menjaganya tatkala ada racun hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila terkena sedikit dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan taubat dan istighfar.
2. DARI SUDUT
DOKTER
Hati
|
|
Hati manusia
|
|
jecur, iecer
|
|
Hati (bahasa
Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan
fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati
membantu fungsi ginjal dengan cara memecah
beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan
senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal.[1] Sel parenkimal pada
hati disebut hepatosit, menempati sekitar
80% volume hati dan melakukan
berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal.
Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara
terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang
menjadi sel parenkimal.[2] Selama masa tersebut,
terjadi peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan
proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit.[3]
Lumen lobus terbentuk dari SEC dan ditempati oleh 3
jenis sel lain, seperti sel Kupffer, sel Ito, limfosit intrahepatik seperti sel pit. Sel non-parenkimal
menempati sekitar 6,5% volume hati dan memproduksi berbagai substansi yang
mengendalikan banyak fungsi hepatosit.
Filtrasi merupakan salah satu fungsi lumen lobus sinusoidal yang memisahkan
permukaan hepatosit dari darah, SEC memiliki kapasitas endositosis yang sangat besar
dengan berbagai ligan seperti glikoprotein, kompleks imun, transferin dan seruloplasmin. SEC juga berfungsi
sebagai sel presenter antigen yang menyediakan ekspresi MHC I dan MHC II bagi sel T. Sekresi yang terjadi meliputi
berbagai sitokina, eikosanoid seperti prostanoid dan leukotriena, endotelin-1, nitrogen
monoksida dan beberapa komponen ECM.
Sel Ito berada pada jaringan
perisinusoidal, merupakan sel dengan banyak vesikel lemak di dalam sitoplasma yang mengikat SEC
sangat kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat
hati berada pada kondisi normal, sel Ito menyimpan vitamin A guna mengendalikan
kelenturan matriks ekstraselular yang dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan
kelenturan dari lumen sinusoid.
Sel Kupffer berada pada jaringan
intrasinusoidal, merupakan makrofaga dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangkan.
Sel Kupffer sehari-hari berinteraksi dengan material yang berasal saluran
pencernaan yang mengandung larutan bakterial, dan
mencegah aktivasi efek toksin senyawa tersebut ke dalam hati. Paparan larutan
bakterial yang tinggi, terutama paparan LPS, membuat sel Kupffer
melakukan sekresi berbagai sitokina yang memicu proses peradangan dan dapat
mengakibatkan cedera pada hati. Sekresi antara lain meliputi spesi
oksigen reaktif, eikosanoid, nitrogen
monoksida, karbon
monoksida, TNF-α, IL-10, sebagai respon kekebalan turunan dalam fase infeksi primer.
Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang bermukim di
hati. Sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel tumor tanpa bergantung pada
ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas utama. Aktivitas sel pit
dapat ditingkatkan dengan stimulasi interferon-γ.
Langganan:
Postingan (Atom)